Kira-kira tahun 1000 masehi baru hutan
ini yang menduduki yaitu orang-orang keratin madang kemulan. Awal
mulanya hutan ini diberi nama “Alas Tuo” namaun setelah didatang
masyarakat imigran dari jawa tengah. Mulai banyak didirikan desa-desa
disekitar hutan. Diantaranya adalah Desa Gadung, Desa dander dan
sebagainya. Para pendatang yang mendirikan desa-desa itu membuat
masyarakat sendiri berdasarakan hubungan keluarga. Di tiap-tiap
masyarakat tersebut terdapat kepala desa. Di antara kepala desa tersebut
ada seorang kepala desa yang bernama Ki Rahadi yang menguasai Dukuh
Randu Gempol. Akibat masuk kebudayaan hindu yang di terima Ki Rahadi
maka cara pemerentahan meniru cara pemerentahan hindu. Nama Ki Raharadi
di ubah Rakai Purnawakilan. Dukuh Randu Gempol diubah menjadi kerajaan
Hurandhu Purwo (sekarang tempatnya di plesungan kapas). Beliau
mengangkat dirinya sendiri menjadi raja yang mempunyai aliran Syiwa.
Kerajaan diperluas dari gunung pegat hutan Babatan (sekarang babat)
sampai purwosari cepu dan jatirogo (tuban) samapi layaknya benteng
pertahanan kerajaan. Pusat kerajaan berlokasi di daerah kedaton (sekrang
di daerah kapas).
Jalan propinsi kota bojonegoro
(Jl. Gajah Mada, dipenogoro, kartini, AKBP M. suroko samapai jalan
jakasa agung suprapto) dulunya masih berupa sungai besar yang sekarang
dinamakan sungai bengawan solo yang waktu itu ramai sekali digunakan
untuk perdagangan. Tempat raja berburu di desa padang dan sumberarum
sekarang. Kerajaan Hurarandu purwa musnah bersamaan dengan hilangnya
raja rakai pikatan secara turun menurun.
Di awal abad 19 indonesia berasa dalam
kekuasaan pemerentah belanda. Di tahun 1824 ada 3 daerah di sekitar
bojonegoro yang belum ikut dalam pemerentahan belanda yaitu daerah:
- Kabupaten Mojoranu (dander) yang dipimpin oleh bupati R.T. Sosrodiningrat.
- Kabupaten Padangan (desa pasinan) yang di pimpin oleh bupati R.T. Prawirogdo
- Kabupaten Baurno (desa kauman) yang dipimpin oleh Bupati R.T. Honggrowikomo
Ketiga buapti ini dalam pengawasan
bupati madiun yang bernama R.T Ronggo yang mewakili kerajaan mataram di
jawa tengah. Waktu itu nama bojonegoro belum ada. Pemerentahan belanda
menginginkan ketiga kabupaten dijadikan satu dan di bentuk kabupaten
baru yang ikut dalam wilayah pemerentahan belanda. Untuk keperluan
tersebut 3 bupati tersebut diajak musawarah di daerah padangan. Hal ini
terjadi tahun 1826. Tapi bupati mojoranu yaitu R.T Sosrodinigrat dapat
dijadikan alasan karena sedang berpergian ke desa cabean, daerah rejoso
nganjuk. Selama itu pemerentahan kabupaten mojoranu di serahkan kepada
pateh demang R. Sumosirjo beserta putra-putrinya yaitu R.M Sosrodilogo
dan R.M Surratin yang waktu itu masih didaerah nganjuk. Selama itu
pemerantahan kabbupaten mojoranu diserahkan kepada pateh demang R.
sumodirjo beserata putra-putranya yaitu R.M Sosrodilogo dan R.M Suratin
yang waktu itu masih belajar agama di daerah ngithitik.
Pemerentahan belanda yang melihat untuk
menyatuka 3 daerah menjadi gagal, lalu memasang rambu-rambu di wilayah
mojoranu dan membuat tandingan yang di beri nama kabupten rajekwesi
sekaligus membuat penjara sana. Yang di angkat oleh pemerentahan belanda
menjadi bupati rajekwesi yaitu R.T Purwonegoro yang waktu itu masih
berstatus bupati probolinggo hanya untuk semestara. Pusat kabupaten
waktu itu berlokasi di daerah ngumpak dalem.
Karena pemerentahan di rejekwesi R.T
purwonegoro tidak sesuai dengan yang diharapkan belanda maka belanda
mengankat R.T joyonegoro menggantikan bapaknya yang di angkat sebagai
bupati rajekwesi. Di mada pemerentahan belanda kapubaten mojoranu
dianggap tidak ada. Melihat kenyataan yang demikian R.T Sosrodilogo juga
mengadakan hubungan dengan pangeran dipenogoro di Mataram.
Disuatu waktu R.T joyonegoro malihat R.M
Suratin R.T Sosrodiningrat seebagai bupati mojoranu memakai kebesan
kerajaan. Saat itu juga R.M Suratin ditangkap dan dijebloskan ke penjara
Rajekwesi. Kejadian itu diketahui R.T Sorodilogo. Setelah berunding
dengan patih demangan R. Sumodiroojo dan demang kapoh maka R.T
Sosrodilogo meminta bantuan pengeran dipenogoro dari mataram akhirnya
dikirm bala bantuan sebanyak 40 orang.
Sengaja di buat lantaran akhirnya
terjadi peperangan kecil diantara Mojoranu dan Rajekwesi. Ke 40 oarang
dari mataram akhirnya ditwan dan pateh demangan R. Sumodirjo gugur dan
dimakamkan di desa bendo (kapas) R.T Sosrodilogo juga dimasukan ke
penjara dan dituduh sebagai pemberontak dipenjara di rajekwesi R.T
Sosrodilogo bertemu dengan adiknya R.M Suratin. Keduanya akan mengadakan
pemberontakan dengan perencanaan yang lebih matang dan rapi.
Akhirnya keduanya bida lepas dari
penjara dan peperangan dimulai kembali. Kabupaten Rajekwesi dikepung
dari berbagai arah. Dalam peperangan ini patih somodikaran gugur dan
dimakamkan di desa yang sekarang disebut desa Sumodikaran (dander).
Kekuatan kerajaan rajegwesi melemah. Pasukan mojoranu terus maju dan
mendesak pasukan rajekwesi (rajekwesi hancur).
Pada daerah yang msih dikuasai
pemerentahan belanda maka belanda mendirikan maracas kecil dan pos-pos
pertahanan. Diantaranya di rembang Blora. Rajekwesi, Bancar, Jatirogo,
Planturan, Babat, Kapas dll. Pasukan belanda semakin meningkatkan
pertahanannya untuk mengimbangi pemberontakan rakyat. Sementra itu
pahlawan R.T Sosrodilogo di rajekwesi dan sekitarnya .
Kemenangan Sosrodilogo bersama pengikut
merebut rajekwesi akhirnya menimbulkan semangat perlawanan terhadap
belanda di daerah lain. Kota Baorno yang diduduki belanda yang berda di
perbatasan Surabaya dan tuban meraka kewalahan dan terancam. Pasukan
rakyat juga menguasai daerah selatan padangan. Diteruskan kemudian
akanmenyerang kota ngawi. Bisa dikatakan diakhiri. Tahun 1827 di daerah
rajekwesi di penuhi dengan pemberontakan dan peperangan.
Pahlawan rakyat melawan pemrenthan
belnda si awali dari pecahnya oerang di penogoro di mataram pda tahun
1825. R.T Sosrodilogo yang memimpin pasukannya merebut rejekwesi sempat
juga di jadikan perwira pasukan kraton Yogyakrata dan pangeran
dipenogoro. Perlawanan rakyat juga dialami di kota blora dipimpin oleh
Raden Ngabel Tortonoto yang akhirnya menguasai kota blora.
Akhirnya kota rajekwesi dibakar hangus
oleh pasukan mojoranu R.T Sosrodilogo bersama pasukannya menguasai semua
daerah sekitar kabupaten rejekwesi. Bupati rajekwesi R.T joyonegoro
melarikan diri meminta ke bupati sedayu. Sebelum sampai kabupaten sedayu
teryata R.T joyonegoro bertemu dengan bupati sedayu di bengawan solo
yang sudah siap dengan bala tentaranya yang akan membantu R.T
joyonegoro.
Kabupaten sedayu merupakan sekutu
rajekwesi yang sama-sama mengakui kekuasaan pemerentahan belanda. Di
pinggir daerah rajekwesi bupati sedayu bersama pasukanya mendirikan
markas-marakas kecil sementara pasukan lainya diperentah untuk menyerbu
kabupaten mojoranu. Sesampai di kabupaten mojoranu pasukan sedayu
bertempur dengan pasukan mojoranu. Pasukan sedayu yang berasal dari
orang-orang masura dan makasar akhirnya terdesak dan kembali ke
markasanya.
Kota rajekwesi akhirnya diduduki oleh
R.T Sosrodilogo salah satu kesalahan besar pasukan rakyat adalah setelah
mengalami kemenangan dalam peperangan. Banyak dari pasukan itu mau
bersenang-senang dahulu sebelum meneruskan peperangan selanjutnya. Hal
ini di manfaatkan oleh belanda untuk mengumpulkan dan menata kekuatan
kembali.
Bantuan dari belanda mengalir terus
menerus ke rembang dan rejekwesi. Pasukan belandaa dari padangan
akhirnya dikirim masuk ke kota rajekwesi pasukan rakyat semakin
terdesak. mojoranu dapat dikalahkan R.T Sosrodilogo bersama pasukan yang
tersisa melarikan diri.
Pada tanggal 26 januari 1828 belanda
dapat memasuki kota rajekwesi. R.T Sorodilogo malarikan diri ke arah
selatan planturan. Semangat pangikut R.T Sosrodilogo menjadi lemah. Pada
tanggal 7 maret 1828 bisa dikatakan pahlawan rakyat di daerah rembang.
Rajekwesi dan lain-lain dianggap rampung.
R.T Sosrodilogo bersama saudarannya
yaitu raden bagus menjadi buronan oleh pihak belanda. Belanda mengadakan
seyembara untuk menangkap kesua orang tersebut. Raden bagus akhirnya
diserahkan kepada bupati setempat R.T Sosrodilogo melarikan diri ke jawa
tengah dan bergabung dalam peperangan dipenogoro. Namun ahirnya pada
tanggal 3 oktober 1828 R.T Sosrodilogo menyerah kepada belanda.
Setelah peperangan usai maka
pemerentahan belanda mengundang R.T Sosorodilogo dan bupati sedayu
menghadiri pesta besar-besaran (suka-suka bojono) untuk merayakan
keberhasilan mengalahkan pasukan mojoranu. Saat itu pula pemerentah
belanda mengangkat R.T Joyonegoro menjadi bupati bojonegoro. Nama
kabupaten bojonegoro di ambil untuk menggantikan kerajaan rajekwesi yang
sudah hancur. BOJO yang berarti bersenang-senang dalam perayaan
tersebut. Sedangkan NEGORO berati Negara. Saat itu pemerentahan belanda
dipimpin oleh H. Marcus De Kock dengan perangkat Letnan Gubernur Jendar
(1826-1830).
R.T Joyonegoro Bupati Bojonegoro 1827-1844.
Berdasarkan cerita
pusat kabupaten rejekwesi dulunya terletak di daerah Ngumpak Dalem,
maka setelah peperangan dipindah ke daerah boghadung yang terletak di
sebelah utara rajekwesi. Berdasarkan pertimbangan pada pejabat waktu
itu. Tidak baik mendirikan Negara di lokasi yang sama dengan alas an
rejekwesi pernah kalah dalam peperangan mojoranu. Desa Boghadung yang
terletak sebelah utara bengawan solo masih ikut darah tuban waktu itu.
Di tahun 1828 bengawan solo sudah
terpecah menjadi dua aliran. Desa Boghadung yang tedinya berada di
sebelah utara bengawan. Setelah pindah di Boghadung ini kabupaten
rajekwesi berubah menjadi nama Bojonegoro.
Di sini di berkembang cerita bahwa kata
BO dari bojonegoro diambil dari kata Boghadung yang akhirnya menjadi
kata Bojonegoro. Ada pula cerita lain yang mengatkan bahwa bojonegoro
berasal dari kata BOJON yang artinya SUGU atau tanah yang diberikan
untuk Negara dari daerah Tuban. R.T Joyonegoro beserta keluarganya
pindah ke bojonegoro dan pension menjadi bupati bojonegoro pada tahun
1844.sumber : bloggerbojonegoro.com